Borobudur Peninggalan Sulaiman Dan Yahudi Adalah Keturunan Bangsa Jawa?

Apakah Borobudur Peninggalan Sulaiman AS. Dan Yahudi Adalah Keturunan Bangsa Jawa Nusantara?
Artikel ini dibuat sejak beberapa tahun yang lalu sekitar tahun 2012, namun baru dirilis saat ini karena kami tak mempercayai “teori gado-gado” dan “teori cocokologi” ini sejak awalnya.
Dalam artikel ini, Anda seolah-oleh seperti ditarik dalam teori baru ke masa lampau yang aneh bin ajaib, namun sepertinya bisa dipercaya pada awalnya, hingga akhirnya kening Anda mengkerut bahkan mulut melongo, untuk kemudian Anda dikembalikan ke masa kini dengan kenyataan yang sebenar-benarnya.
Wilayah di Nusantara yang berada diatas garis khatulistiwa atau equator, adalah wilayah yang sangat mumpuni untuk pertanian dan peradaban, sejak era zaman es di planet ini.
Ketika zaman es terjadi, semua tumbuhan, hewan dan manusia nyaris punah, kecuali sebagian kecil yang ada di wilayah khatulistiwa, termasuk wilayah Nusantara (kini Indonesia) dimana wilayah itu paling hangat dan sinar matahari menyinarinya sepanjang tahun.
Selain itu wilayah ini banyak gunung api, yang membuat tanahnya subur sejak ribuan bahkan jutaan tahun lalu, dibanding wilayah lain di bumi. Dua kekuatan itu yaitu letak di khalulistiwa dan tanah yang subur, membuat wilayah ini dipercaya beberapa pakar internasional, bahwa Nusantara menjadi cikal bakal bangsa-bangsa di dunia.
Sampai sini dulu, teori itu memang benar adanya, karena pada zaman es, memang wilayah khatulistiwa adalah daerah yang secara logika, termasuk wilayah yang paling banyak terpapar sinar matahari.
Berikutnya, kami tarik Anda ke teori lain sekaligus ke dunia kartun di masa lalu, namun Anda ibarat tercuci otak dan tersihir dengan semua cerita dan “pencampuran teori yang benar dan yang salah” mirip “teori gado-gado” yang dicampur-adukkan sedemikian rupa menjadi “teori cocokologi” berikut ini.
Seorang bernama KH. Fahmi Basya yang mencetuskan sebuah teori bahwa Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman dan Indonesia adalah Negeri Saba. Ia mengklaim memiliki bukti-bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung teorinya. Oleh karenanya diyakini bahwa suku bangsa Jawa adalah nenek moyang bangsa Yahudi atau Bani Israel. Benarkah demikian?
Bangsa Jawa adalah nenek moyang bangsa Yahudi?
Beberapa orang kadang bertanya: apakah orang Jawa keturunan Yahudi? Sebenarnya pertanyaan itu terbalik, yaitu apakah orang Yahudi keturunan Jawa? Ada yang meyakini bahwa Bani Israel itu masih keturunan Suku Jawa. Ibukota Israel memakai nama: Java Tel Aviv. Mahkota Rabbi Yahudi yang menjadi imam Sinagog pake gambar Rumah Joglo Jawa.
Namun sejatinya, yang disebut Jawa adalah seluruh Etnik Nusantara yang dulunya penghuni Benua Atlantis sebelum dikirim banjir besar oleh Allah SWT, setelah banjir besar benua ini pecah menjadi 17.000 pulau yang sekarang disebut Indonesia.
Hanya beberapa etnik yang masih tersisa, selebihnya menjadi cikal bakal bangsa-bangsa dunia antara lain bangsa India, Cina (termasuk Jepang dan Korea), Eropa, Israel, Arab, dan Indian Amerika.
Dalam bahasa Jawi Kuno, arti “Jawa” adalah moral atau akhlaq, maka dalam percakapan sehari-hari apabila dikatakan seseorang dikatakan : “ora jowo” berarti “tidak punya akhlaq atau tidak punya sopan santun”.
Sebutan “jawa” ini sejak dulunya dipakai untuk menyebut keseluruhan wilayah Nusantara, penyebutan etnik-etnik sebagaimana berlaku saat ini adalah hasil taktik politik de vide et impera para penjajah. Sejak zaman Benua Atlantis, Jawa memang menjadi pusat peradaban karena dari bukti-bukti fosil manusia purba di seluruh dunia, sebanyak 6 jenis fosil tertua di dunia, 4 diantaranya ditemukan di Jawa.
Mitologi Jawa
Menurut “mitologi jawa” yang telah menjadi cerita turun-temurun, bahwa asal usul bangsa Jawa adalah keturunan Brahma dan Dewi Saraswati dimana salah satu keturunannya yang sangat terkenal dikalangan Guru Hindustan (India) dan Guru Budha (Cina) adalah Bethara Guru Janabadra yang mengajarkan “Ilmu Kejawen”.
Sejatinya “Ilmu Kejawen” adalah “Ilmu Akhlaq” yang diajarkan Nabi Ibrahim AS yang disebut dalam Al-Qur’an “Millatu Ibrahim” dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam wujud Al-Qur’an dengan bahasa asli (Arab)”, dengan pernyataannya “tidaklah aku diutus, kecuali menyempurnakan akhlaq”.
Dalam buku kisah perjalanan Guru Hindustan di India maupun Guru Budha di Cina, mereka menyatakan sama-sama belajar “Ilmu Kejawen” kepada Guru Janabadra.
Kemudian mengembangkan “Ilmu Kejawen” ini dengan nama sesuai dengan asal mereka masing-masing, di India mereka namakan “Ajaran Hindu”, di Cina mereka namakan “Ajaran Budha”. Dalam sebuah riset terhadap kitab suci Hindu, Budha dan Al-Qur’an, ternyata tokoh Brahma sebenarnya adalah Nabi Ibrahim A.S.
Sedang Dewi Saraswati adalah Dewi Sarah, istri Ibrahim A.S. yang menurunkan bangsa-bangsa selain Arab. Bukti lain bahwa ajaran Budha berasal dari Jawa adalah adanya prasasti yang ditemukan pada candi-candi Budha di Thailand maupun Kamboja.
Prasasti itu menyatakan bahwa candi-candi tersebut dibangun dengan mendatangkan arsitek dan tukang-tukang dari Jawa, karena memang waktu itu orang Jawa dikenal sebagai bangsa tukang yang telah berhasil membangun Candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia.
Teori KH. Fahmi Basya
Ternyata berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah, bahwa sebenarnya Candi Borobudur adalah bangunan yang dibangun oleh “Tentara Nabi Sulaiman A.S.”, termasuk didalamnya dari kalangan bangsa Jin yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai “Arsy Rau Saba“.
Sejatinya Princess of Saba atau “Ratu Balqis” adalah “Ratu Boko” yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa, sementara patung-patung di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam surga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebagai model dan berambut keriting.
Yahudi dalam literatur Barat
Dalam literatur Bani Israel dan Barat, bangsa Yahudi dikenal sebagai “bangsa tukang” dan berambut keriting, tetapi faktanya justru Suku Jawa yang menjadi bangsa tukang dan berambut keriting (perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ).
Hasil riset tersebut juga menyimpulkan bahwa Bangsa Jawa disebut juga sebagai “Bani Lukman” karena menurut karakternya suku tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran Lukmanul Hakim, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an.
Perlu diketahui bahwa satu-satunya nabi yang termaktub dalam Al-Qur’an, yang menggunakan nama depan “SU” hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan “SU” dan meninggalkan negeri bernama “Sleman” di Jawa Tengah.
Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam Al-Qur’an dijadikan Khalifah di Bumi (menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya).
Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, suara beliau juga merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung.
Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah “Syailendra”, menurut Dr. Daoed Yoesoef nama Syailendra berasal dari kata ‘saila’ dan ‘indra’, saila = raja dan indra = gunung.
Sudah menjadi keniscayaan sejarah, bahwa kemenangan Islam tahap pertama waktu “Futtul Makkah” dimana Nabi Besar Muhammad SAW, bersama orang-orang beriman dengan konsisten melaksanakan perintah shalat sebagai kunci kemenangan dengan kondisi susah air
Lalu Allah memberinya “Sumur Zamzam” yang penuh berkah, maka “Futtul Makkah Kedua” akan terjadi melalui Indonesia, negeri yang penuh berkah dengan persediaan air tak terbatas (zamzam di luar Makkah).
Dari Indonesialah pada suatu masa nanti akan bersatu sebuah kekuatan besar yang diinspirasi dari kekuatan spiritual Ibrahim A.S, Daud A.S, Sulaiman A.S dan Muhammad SAW yang akan memenangkan Islam atas Zionis Israel dan para pendukungnya.
Perahu Nabi Nuh A.S.
Komunitas di Indonesia yang telah menyelenggarakan Ekspedisi Menjelajah Negeri Para Nabi, telah mengunjungi situs Nabi Daud dan Sulaiman di Jawa Tengah, situs Nabi Nuh di Jawa Timur dimana di daerah ini terdapat kembaran Gunung Ararat di Turki yaitu gunung tempat berlabuhnya perahu Nabi Nuh.
Fosil perahu di Turki ini setelah diteliti arkeolog Belanda menyimpulkan bahwa perahu tersebut terbuat dari kayu jati berkapur, dan kayu ini hanya ada di Jawa. Setelah fosil kayu ini umurnya diukur melalui tehnik Isotop C14, ternyata Nabi Nuh hidup setelah zaman Nabi Ibrahim, tempat tinggalnya di Tanah Jawa. Tentu fakta ini perlu diteliti lebih lanjut.
Disamping itu ada fakta lain tentang situs Nabi Daud dan Sulaiman di Yerusalem sebagaimana dimuat majalah Times edisi 1 Februrari 2010, yang memuat pernyataan Ravael Grinberg, seorang dosen di Universitas Tel Aviv mengatakan:
“Secara teori, seharusnya Anda sudah mendapatkan sesuatu hanya setelah melakukan penggalian selama enam minggu. Tapi nyatanya setelah dilakukan penggalian tanpa henti selama dua tahun, tidak ada hasil apapun yang memuaskan.”
Times menyebutkan, dalam empat tahun terakhir, berbagai organisasi Yahudi ekstrim sudah mengepung kota Jerussalem untuk melakukan penggalian bawah tanah di sekitar dan di bawah Masjid Al Aqsha.
Termasuk Organisasi Eilad, yang juga fokus bekerja untuk mendirikan pemukiman imigran Yahudi di Jerusalem. Selain itu, lembaga Eir David juga fokus melakukan penggalian di Silwan.
Menurut Profesor Finskltain asal Israel, yang juga ilmuwan sejarah di Universitas Tel Aviv, ditulis pada Times:
“Mereka yang melakukan penggalian bawah tanah di Jerussalem mencampur adukkan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Eilad meyakini dogma agama bahwa ada peninggalan sejarah Daud disana, tapi sampai sekarang tak pernah ditemukan.”
Selain itu, Profesor Yone Mazarahe, juga pakar arkeologi Israel mengatakan:
“Eilad tidak menempukan apapun dari penggalian. Bahkan sekedar plang tulisan Selamat Datang di Istana Daud, juga tidak ditemukan. Mereka hanya mendasarkan keyakinan pada teks-teks yang dianggap suci oleh mereka sebagai panduan penggalian.”
Dari fakta-fakta ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa Bani Jawi (suku-suku di Nusantara) ini adalah Bani Israel yang tetap beriman kepada Nabi Musa dan mendiami tanah yang dijanjikan (The promised land) yaitu Benua Atlantis yang sekarang disebut Indonesia.
Sedangkan Bani Israel yang berdiaspora ke seluruh dunia adalah mereka yang dikutuk oleh Allah karena mendustakan Nabi Musa AS. Adapun Bani Israel yang sekarang menjajah Palestina sebenarnya Yahudi jadi-jadian.
Maksudnya KH. Fahmi Basya adalah Bani Israel dari suku ke 13 yaitu “Suku Kazar” yang wilayahnya pada masa lalu berada di utara Turki bernama Khazaria, dari hasil kawin campur Bani Israel yang berdiaspora dengan penduduk lokal dan Romawi yang saat ini posisinya mayoritas.
Hadists Israiliyat?
Klaim atas Yerusalem sebenarnya sebuah kekeliruan yang disengaja, padahal Yerusalem, Temple of Solomon dan Taabut yang mereka cari selama ribuan tahun berada di Tanah Jawa yaitu Candi Borobudur dan Negeri Sleman di Yogyakarta.
Dalam Al-Qur’an “taabut” artinya “kode rahasia kerajaan” yang disimpan oleh Nabi Daud, saat ini “taabut” tersebut sedang dibuka rahasianya melalui candi-candi yang dibangun sejak zaman Nabi Sulaiman khususnya “Candi Borobudur”, perlu diingat sebenarnya kata “Candi” berasal dari kata “Sandi” artinya “kode rahasia”.
Dengan demikian rahasia jejak para nabi akan segera terkuak setelah ayat Allah berupa tulisan bergambar yang ada pada candi-candi Negeri Sleman di “puzzle”kan dengan ayat2 Allah dalam Al-Qur’an.
Sebagian besar ummat Islam saat ini terkecoh oleh keyakinan bahwa ”Palestina” adalah negeri yang diberkahi dan Yerusalem adalah kota suci Islam ketiga setelah Makkah dan Madinah, hal ini karena ummat Islam banyak terpengaruh hadits-hadist Israeliyat khususnya tentang Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Perlu ekstra hati-hati dalam mengutip hadits tentang Isra’ Mi’raj karena sebagian besar hadits palsu dan dibuat oleh kaum munafik dari kalangan Bani Israel, para ahli hadits menyebutnya sebagai Hadist Israeliyat.
Karena hadits-hadis inilah ummat Islam di luar Palestina terseret dalam permusuhan dengan Israel dan menjadikan Yerusalem sebagai kota suci ketiga ummat Islam, padahal waktu kanjeng Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’ Mi’raj apa yang disebut Masjidil Aqsa sebenarnya adalah Gereja, waktu itu Yerusalem masih dikuasai Roma.
Kalo waktu itu dikatakan Nabi menjadi imam shalat berjamaah dengan para Nabi, pertanyaannya adalah: shalat apakah gerangan? Sementara dalam hadits-hadists Israiliyat tersebut dikatakan Isra’ Mi’raj dalam rangka menjemput perintah shalat 5 waktu sebagai hasil transaksi antara Nabi dengan Allah SWT dengan Nabi Musa sebagai konsultannya.
Pertanyaan berikutnya adalah, mengapa harus Nabi Musa yang menjadi rujukan Nabi Muhammad? Inilah cerdasnya Bani Israel yang telah berhasil menusuk jantung aqidah ummat Islam melalui hadits-hadist palsunya hingga ummat Islam terpecah belah, energi terkuras habis hanya untuk memikirkan Masjidil Aqsa, sementara Bani Israel karena ketekunannya telah berhasil menguasai dunia melalui infiltrasi kesegenap lini kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar